Cichi kesal kepada ayah dan ibunya. Karena liburan kali ini ia dan saudara kembarnya Cacha tak bisa pergi kemana- mana. Dia terus saja berdiam di kamarnya sambil terus merenungkan perkataan ayah dan ibunya tadi. Setelah lama berdiam terus tanpa mengeluarkan satu kata pun, akhirnya Cichi tertidur di ranjangnya yang berwarna violet bergradasi ungu tua. Kemudian tidak lama akhirnya Cichi terlelap.
Lalu tiba-tiba Cacha, saudara kembarnya, mengetuk pintu. Tok...tok...tok... Tak ada jawaban. Cacha mengetuk pintu kamarnya sekali lagi. Tetapi masih tidak ada jawaban dari dalam. Akhirnya Cacha masuk ke kamar yang ternyata tidak terkunci itu. Di dalam dia melihat Cichi yang tertidur di ranjangnya.
Karena Cacha ingin bicara sesuatu kepada Cichi. Akhirnya ia membangunkan Cichi dari mimpi-mimpinya.
“Ci bangun, aku ingin bicara sama kamu!” kata cacha sambil menggoyangkan tubuh cichi hingga cichi terbangun.
“Hoahmmmm...... ada apa sih Ca? kok tiba-tiba saja masuk kekamarku dan langsung membangunkanku?” tanya cichi sambil bergegas duduk disamping Cacha.
“Aku hanya ingin bicara sama kamu saja kok!”, kata Cacha.
“Ingin bicara apa? ” tanya cichi masih dengan suara lemasnya .
“Hmmmmm..... begini Chi, liburan kali ini kan kita gak akan pergi kemana-mana. Bagaimana kalau kita membuat perpustakaan saja Chi? ” jelas cacha.
“Apa ? Membuat perpustakaan ? mana bisa aku dan kamu membuatnya ? Kita kan masih kecil ! ’’ protes Cichi dengan suara kencang sekali sehingga mengagetkan Cacha yang berada di depannya.
”Aduh... aduh... tenang dulu dong Ci ! jadi, nanti sore kita akan memulai misi kita.”,
”Misi? misi apa?” tanya cichi gak nyambung.
“Jadi gini loh Ci, nanti kita minta izin sama ayah untuk membolehkan kita membuat perpustakaan di garasi mobil” jelas Cacha tetap sabar menjawab pertanyaan aneh dari saudara kembarnya itu.
“Caranya...?” Cichi masih terlihat bingung.
”Caranya nanti kita merapihkan meja dan keperluan lainnya untuk membuat perpustakaan” potong Cacha.
“Wow! boleh juga tuh!” Cichi mulai tertarik.
“Tapi, kapan kita akan membuat perpustakaannya?” tanya Cichi.
“Bagaimana kalau sekarang saja kita membuat perpustakaannya?” usul Cacha.
“Yaps! Oke deh. Nanti kita tanya sama ayah yuk!” balas Cichi
“Ayo... !” ajak Cichi sambil menarik tangan Cacha. Sementara Cacha terdiam seperti memikirkan sesuatu.
”Ayo... Cha, kok kamu malah diem aja sih?” ajak Cichi yang sejak tadi menarik tangan Cacha namun akhirnya segera terdiam dan melepaskan pegangannya.
“Astaghfirullah ‘alazim. Kita kan belum shalat dzuhur Chi!” kata Cacha akhirnya yang sejak tadi hanya terdiam di tempat.
“Oh iya, ya! Untung kamu ngingetin Cha. Sekarang sudah jam... Hah ??? sudah jam setengah tiga sore !” Cichi kaget setelah melihat jam dindingnya.
”Ya udah, jangan diem aja dong! Ayo buruan kita shalat dzuhur!” sekarang gantian Cacha yang berteriak dan langsung menarik tangan Cichi kekamar mandi.
Setelah shalat dzuhur, Cichi menghampiri ayahnya yang sedang duduk di teras rumah sambil membaca koran.
“Assalamu’alaikum ayah” sapa Cacha sambil memeluk pundak ayah.
“Wa’alaikum salam” jawab ayah sambil menaruh koran yang ia baca ke meja teras.
“Eh ada Cacha dan Cichi. Nah Cichi, memangnya kamu sudah tidak marah lagi sama ayah?” tanya ayah sambil membelai rambut Cichi anak kesayangannya yang manja itu.
“Udah enggak kok yah. Lagi pula, ngapain coba kalu aku marah? nanti liburan ini malah tambah nggak seru! Tadi aku udah putus asa, tapi akhirnya Cacha punya ide juga deh!” jawab Cichi senang.
“Ide ? ide apa?” tanya ayah.
“Yah, boleh nggak kita berdua bikin perpustakaan di garasi mobil ?” tanya Cacha yang mulai bergelayut manja pada ayahnya.
“Perpustakaan ?” tanya ayahnya masih heran dengan keinginan kedua putri kesayangannya tersebut.
”Iya ayah” sahut mereka berdua kompak. Tampaknya ayah masih berpikir keras. Maklumlah, soalnya kan garasi itu dipakai untuk mobil.
“Hmmm... untuk membuat liburan kalian tambah seru, ayah setuju kok! Ayah juga dengan senang hati akan membantu kalian membereskan garasi mobil kita yang berantakan itu” jawab ayah yang akhirnya menyetujui setelah berpikir cukup keras. Setelah mendengar jawaban dari ayah mereka, Cacha dan Cichi meloncat gembira. Setelah sebuah kecupan mendarat di pipi ayahnya, merekapun masuk kembali kedalam rumah dengan hati yang bahagia.
Sore hari pun tiba. Si kembar dan ayah mereka memulai kegiatan membuat perpustakaan kecil di garasi. Pertama-tama, mereka mengatur meja-meja kecil untuk membaca. Lalu kemudian menaruh bantal kecil untuk mereka duduk di sekeliling meja-meja. Selain itu mereka juga menaruh meja yang lebih besar di dekat pintu pagar yang akan digunakan untuk penjaga perpustakaan. Buku catatan kecil untuk mencatat pinjaman buku dan untuk mencatat siapa saja yang rajin datang ke perpustakaan.
Mereka juga mengadakan sebuah lomba. Barang siapa yang paling sering datang ke perpustakaan itu, akan diberikan hadiah oleh Cacha setiap bulan.
Lalu tiba-tiba Cacha, saudara kembarnya, mengetuk pintu. Tok...tok...tok... Tak ada jawaban. Cacha mengetuk pintu kamarnya sekali lagi. Tetapi masih tidak ada jawaban dari dalam. Akhirnya Cacha masuk ke kamar yang ternyata tidak terkunci itu. Di dalam dia melihat Cichi yang tertidur di ranjangnya.
Karena Cacha ingin bicara sesuatu kepada Cichi. Akhirnya ia membangunkan Cichi dari mimpi-mimpinya.
“Ci bangun, aku ingin bicara sama kamu!” kata cacha sambil menggoyangkan tubuh cichi hingga cichi terbangun.
“Hoahmmmm...... ada apa sih Ca? kok tiba-tiba saja masuk kekamarku dan langsung membangunkanku?” tanya cichi sambil bergegas duduk disamping Cacha.
“Aku hanya ingin bicara sama kamu saja kok!”, kata Cacha.
“Ingin bicara apa? ” tanya cichi masih dengan suara lemasnya .
“Hmmmmm..... begini Chi, liburan kali ini kan kita gak akan pergi kemana-mana. Bagaimana kalau kita membuat perpustakaan saja Chi? ” jelas cacha.
“Apa ? Membuat perpustakaan ? mana bisa aku dan kamu membuatnya ? Kita kan masih kecil ! ’’ protes Cichi dengan suara kencang sekali sehingga mengagetkan Cacha yang berada di depannya.
”Aduh... aduh... tenang dulu dong Ci ! jadi, nanti sore kita akan memulai misi kita.”,
”Misi? misi apa?” tanya cichi gak nyambung.
“Jadi gini loh Ci, nanti kita minta izin sama ayah untuk membolehkan kita membuat perpustakaan di garasi mobil” jelas Cacha tetap sabar menjawab pertanyaan aneh dari saudara kembarnya itu.
“Caranya...?” Cichi masih terlihat bingung.
”Caranya nanti kita merapihkan meja dan keperluan lainnya untuk membuat perpustakaan” potong Cacha.
“Wow! boleh juga tuh!” Cichi mulai tertarik.
“Tapi, kapan kita akan membuat perpustakaannya?” tanya Cichi.
“Bagaimana kalau sekarang saja kita membuat perpustakaannya?” usul Cacha.
“Yaps! Oke deh. Nanti kita tanya sama ayah yuk!” balas Cichi
“Ayo... !” ajak Cichi sambil menarik tangan Cacha. Sementara Cacha terdiam seperti memikirkan sesuatu.
”Ayo... Cha, kok kamu malah diem aja sih?” ajak Cichi yang sejak tadi menarik tangan Cacha namun akhirnya segera terdiam dan melepaskan pegangannya.
“Astaghfirullah ‘alazim. Kita kan belum shalat dzuhur Chi!” kata Cacha akhirnya yang sejak tadi hanya terdiam di tempat.
“Oh iya, ya! Untung kamu ngingetin Cha. Sekarang sudah jam... Hah ??? sudah jam setengah tiga sore !” Cichi kaget setelah melihat jam dindingnya.
”Ya udah, jangan diem aja dong! Ayo buruan kita shalat dzuhur!” sekarang gantian Cacha yang berteriak dan langsung menarik tangan Cichi kekamar mandi.
Setelah shalat dzuhur, Cichi menghampiri ayahnya yang sedang duduk di teras rumah sambil membaca koran.
“Assalamu’alaikum ayah” sapa Cacha sambil memeluk pundak ayah.
“Wa’alaikum salam” jawab ayah sambil menaruh koran yang ia baca ke meja teras.
“Eh ada Cacha dan Cichi. Nah Cichi, memangnya kamu sudah tidak marah lagi sama ayah?” tanya ayah sambil membelai rambut Cichi anak kesayangannya yang manja itu.
“Udah enggak kok yah. Lagi pula, ngapain coba kalu aku marah? nanti liburan ini malah tambah nggak seru! Tadi aku udah putus asa, tapi akhirnya Cacha punya ide juga deh!” jawab Cichi senang.
“Ide ? ide apa?” tanya ayah.
“Yah, boleh nggak kita berdua bikin perpustakaan di garasi mobil ?” tanya Cacha yang mulai bergelayut manja pada ayahnya.
“Perpustakaan ?” tanya ayahnya masih heran dengan keinginan kedua putri kesayangannya tersebut.
”Iya ayah” sahut mereka berdua kompak. Tampaknya ayah masih berpikir keras. Maklumlah, soalnya kan garasi itu dipakai untuk mobil.
“Hmmm... untuk membuat liburan kalian tambah seru, ayah setuju kok! Ayah juga dengan senang hati akan membantu kalian membereskan garasi mobil kita yang berantakan itu” jawab ayah yang akhirnya menyetujui setelah berpikir cukup keras. Setelah mendengar jawaban dari ayah mereka, Cacha dan Cichi meloncat gembira. Setelah sebuah kecupan mendarat di pipi ayahnya, merekapun masuk kembali kedalam rumah dengan hati yang bahagia.
Sore hari pun tiba. Si kembar dan ayah mereka memulai kegiatan membuat perpustakaan kecil di garasi. Pertama-tama, mereka mengatur meja-meja kecil untuk membaca. Lalu kemudian menaruh bantal kecil untuk mereka duduk di sekeliling meja-meja. Selain itu mereka juga menaruh meja yang lebih besar di dekat pintu pagar yang akan digunakan untuk penjaga perpustakaan. Buku catatan kecil untuk mencatat pinjaman buku dan untuk mencatat siapa saja yang rajin datang ke perpustakaan.
Mereka juga mengadakan sebuah lomba. Barang siapa yang paling sering datang ke perpustakaan itu, akan diberikan hadiah oleh Cacha setiap bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar