Minggu, 21 Februari 2010

Anak baru yang menyenangkan

Diana berjalan menuju sekolahnya. Di jalan, Diana bertemu seorang kakek tua yang sedang duduk di bawah pohon sambil merintih kelaparan. Diana segera menghampiri kakek itu dan bertanya
”Kakek kenapa?” tanya Diana.
“Kakek lapar sekali cu...” kata kakek masih sambil merintih.
“Kakek belum makan ya?” tanya Diana lagi.
”Iya, kakek belum makan sama sekali dari kemarin pagi” kata kakek itu dengan lemas.
Apa aku kasih bekal aku aja kali ya? Buat kakek ini? Lagi pula, kakek ini kan belum makan dari kemarin, sedangakan aku, Cuma di sekolah aja tidak makannya.
Setelah lama melamun [berpikir sebentar], akhirnya Diana membuka tasnya dan memberikan [mengeluarkan] bekal makanannya. Lalu Ia memberikan bekalnya kepada kakek itu.
“Ini ada makanan buat kakek. Sekarang kakek makan saja makanannya. Kan nanti kotak bekalnya mau saya bawa lagi kek” kata Diana.
“Terima kasih.... e... e... siapa namanya?” tanya kakek itu.
”Diana kek” kata Diana. ”Iya... terima kasih...” kata kakek itu.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya kakek itu selesai makan. Diana bergegas pergi ke sekolahnya. Hari ini, dia sedang di hukum oleh mamanya karena lupa mengerjakan PR. Jadi hari ini, Diana tidak pakai mobil pribadi. Diana harus berjalan kaki selama seminggu ini. Mulanya ia agak keberatan tetapi, ia tahu kalau ia salah, sehingga akhirnya ia menerima hukuman dari mamanya itu.

Sesampainya disekolah....
“H...h...h...h...hhh... cape banget” kata Diana terengah-engah.
“Wah..non Diana kok gak pake mobil ?” tanya Pak Rusli, satpam sekolah.
“Soalnya, aku lagi dihukum mama nih pak!” jawab Diana.
“Ya sudah ya pak, aku masuk kelas dulu...dah...” kata Diana lagi.
“Ya non...” jawab pak Rusli.
Di kelas....
“Assalamu’alaikum....” Diana mengucapkan salam pada saat masuk ke kelas.
“Wa’alaikum salam...... nona cantik...” jawab Harrie. Harrie adalah salah satu dari 3 sahabat Diana lainnya.
“Hai Harrie, aku capek banget nih!” kata Diana sambil duduk di bangkunya. Harrie menghampirinya dan duduk di sebelahya. Sebenarnya, yang duduk sebangku dengan Diana adalah Regita, sahabat Diana pula.
“Kenapa capek?” tanya Harrie. “Tadi, aku jalan kaki” jawab Diana.
“Hah..?? kok kamu jalan kaki sih? bukannya kamu naik mobil? ” Harrie terbelalak.
“Hmmm... ya gitu deh, aku lupa ngerjain PR matematika. Kemudian akhirnya mama hukum aku. Padahal sudah enak nggak dihukum sama bu Astri” kata Diana dengan wajah lelah. Belum sempat Harrie berkomentar, Regita datang.
“Assalamu’alaikum....” kata Regita.
“Wa’alaikum salam....” jawab Diana dan Harrie serempak.
“Hai Diana, hai Harrie...” sapa Regita.
“Awas kau, aku ingin duduk!” kata Regita kepada Harrie. Harrie kaget dan langsung jatuh.
“Hahahaha.... lucu sekali saat kau terjatuh Harrie” kata Diana.
“Hei, hati-hati dong Regita !” kata Harrie dengan nada kesal.
“I’m sorry, aku gak sengaja. Habisnya kamu duduknya terlalu pinggir, terus kesenggol aku deh! Jangan marah dong...” kata Regita memohon.
“Ya..ya... aku maafin kamu! Kamu kan sahabat aku!” kata Harrie.
Semua murid telah hadir, begitupun Keyza, sahabat Diana. Bel telah berbunyi, semua anak segera duduk di tempat masing-masing.

Terdengan suara langkah kaki bu katrine yang pelan tetapi hangat. Cikha berdiri dan ....
“Ucapkan salam...”
”Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh....” kata anak-anak serempak.
“Wa’alaikum salam...anak-anakku tersayang” jawab ibu Katrine lembut.
“Hari ini kita kedatangan murid baru. Ibu harap, kalian bisa menerima murid baru ini sebagai teman kalian” kata bu Katrine.
“Silahkan masuk nak!” bu Katrine mempersilahkan anak baru itu masuk. Semua anak murid terdiam melihat kecantikan dan keanggunan yang terpancarkan dari wajah anak baru itu.
“Halo semuanya... perkenalkan, namaku Shiffana Stevanni Anggelya. Aku pindahan dari SD Internasional Elite. Aku pindah kesini karena ketidak betahan aku terhadap pelayanan pelajaran dan teman-teman yang sangat sombong” kata Stevanni panjang lebar.
Tiba-tiba Juliette mengangkat tangan, tanda bahwa ia ingin bertanya.
“Ya, silahkan Juliette..” bu Katrine mempersilahkan Juliette untuk bertanya.
“Bu, bolehkah Akiong pindah tempat, dan Stevanni duduk di sebelahku? Soalnya, Akiong selalu mengisengiku bu...” kata Juliette polos.
“Hhhh... tentu saja sayang, kalau karena Akiong nakal, dia boleh pindah. Mungkin... kalau sama laki-laki, dia tidak akan nakal. Oke. Akiong, kamu pindah dekat Adam” kata bu Katrine.
“Ah... bu Katrine, nanti saya harus jailin siapa lagi dong bu, kalau bukan Juliette?” tanya Akiong.
“Akiong, cepat!” kata bu Katrine dengan tegas. Akhirnya, Stevanni duduk sebangku dengan Juliette. Tak terasa, bel istirahat pun berbunyi.
“Diana... kita makan yuk !” ajak Regita.
“Nggak ah, aku gak bawa bekal...” jawab Diana.
“Loh.. kok kamu gak bawa bekal sih? Apa....jangan-jangan, itu sebagian dari hukuman kamu lagi, nggak bawa bekal...” kata Regita asal-asalan sambil bergidik ngeri.
Ia berfikir kalau-kalau nanti ibunya menghukumnya seperti itu. Sudah jalan kaki ke sekolah, tidak membawa bekal dan tidak dibekali uang jajan pula.
“Nggak..gak..gak kok! Mama tadi membawakanku nasi goreng. Tapi,di jalan, aku ketemu kakek-kakek yang sedang kelaparan. Terus, aku kasih aja deh bekal aku. Nih... tempatnya” kata Diana sambil mengeluarkan kotak bekalnya yang sudah kosong melompong.
“Hmm.... ya sudah... aku ke taman dulu ya! Sebentar....aja! oke?” tanya Regita. Regita, Keyza dan juga Harrie pergi ke taman tanpa Diana. Kelas terasa sepi ketika mereka bertiga telah keluar kelas. Kini di kelas hanya tinggal Stevanni dan Diana.
“Halo... nama kamu siapa?” tanya Stevanni.
“Eh, hai namaku Diana,” jawab Diana.
“Diana, kok kamu nggak makan sih?” tanya Stevanni.
“Bekalku habis, soalnya tadi...” Diana coba menjelaskan namun belum selesai kalimatnya, Stevanni langsung memotongnya.
”Eh, aku tau kok! kamu pasti lapar? Nih, ada roti buat kamu!” kata Stevanni sambil memberikan roti bekalnya kepada Diana.
“Wah, makasih ya, walaupun kamu bukan sahabatku, kamu tetap baik sama aku. Dan walaupun kamu anak baru disini.” Ucap Diana terdengar gembira.
“Ya, dan kamu Diana, aku sudah menganggap kamu sebagai sahabatku, walaupun kamu gak menganggap aku sebagai sahabat kamu. Dari pertama, aku perhatiin satu-satu anak disini. Dan, aku lihat dari cahaya mata kamu, kalau kamu itu anak yang baik dan peduli sesama. Buktinya, tadi kamu memberi makan kakek-kakek yang sedang kelaparan.” Kata Stevanni panjang.
“Terima kasih banyak ya Stevanni, kamu akan termasuk dalam salah satu daftar sahabat aku”, kata Diana sambil memeluk Stevanni dengan haru.
“Ya, kamu juga!” kata Stevanni sambil balas memeluk Diana. Mereka akhirnya terus mengobrol hingga bel masuk pun tiba.

Up To You, What Happen Aya Naon...?

Besoknya di sekolah, ketika Diana masuk, seisi kelas sudah ramai dan tertawa. Bahkan Akiong sampai berguling-guling di lantai saking lucunya. Karena penasaran, Diana segera bertanya kepada Keyza.
“Keyz, mereka kenapa sih? Kok ketawa gitu?” tanya Diana keheranan.
Tiba-tiba, Akiong menghampirinya dan berkata “Up to you, what happen aya naon ?” kata Akiong masih sambil tertawa. Tak terasa, tawa Diana meledak juga. Walaupun ia tak tahu artinya, tetapi kata-kata itu terdengar lucu dan aneh di telinganya.
“Hahahahahahaha... kamu dapet dari mana? Akiong?” tanya Diana.
”Aku ngarang sendiri kok! Hehe...” jawab Akiong sambil tertawa.
“Hei teman-teman semuanya, gimana kalau setiap hari, sebelum belajar, kita adakan sidang bohongan? Gimana?” tanya Akiong.
Semua anak-anak mengangguk setuju tak terkecuali Stevanni. Dia tampak bersahabat dengan teman-teman yang lain dan langsung mempunyai banyak teman.
“Nah, sebagai hakim ketuanya, Diana dan Gisky. Lalu tersangkanya, aku sendiri. Hakim, Stevanni, Nisca, Keyza, dan juga Juliette. Yang lainnya menonton. Oke?” kata Akiong.
“Oke Akiong !” jawab semua anak serempak.
“Akiong, bagaimana kalau sekarang saja? Mumpung masih pagi dan gak ada guru, juga belum bel,” usul Stevanni.
“Boleh...” akhirnya sidang pun dimulai
“Tersangka, silahkan duduk di bangku!”
“Mengapa anda berbuat kesalahan?”
“Kesalahan apa, hakim?”
“Mencuri”
“Kesalahan saya bukan mencuri hakim...”
“Lalu apa?”
“Nggak tau..”
“Oh maaf, berarti saya salah orang dong!”
“Ya iyalah, masa ya iya dong !”
Akhirnya, semua hakim pura-pura keluar kelas.
“Hei kamu!! kata suster disana, benar bahwa kamu adalah pencurinya.”
“Masa? Coba tanya lagi!...”
“Benar kok...”
Tiba-tiba, dari belakang muncul Diana.
“Eh...kamu kok disini? Kamu kabur ya?”
“Ha? “
“Eh.. maaf hakim, ini orang gila yang kabur dari ruangannya.”
Terdengar suara meledak semua anak.
“Ah..udah..ah..capek..lagi pula udah bel!” kata Stevanni.
Semua anak mengangguk dan duduk di tempat masing-masing.


Notes :
Ini tulisan Sasha yang asli dan hanya diedit penulisannya saja. Istilah dalam hukum seperti Jaksa dan Hakim atau pengacara masih rancu baginya. Sengaja saya biarkan apa adanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar